POLITIK | PERISTIWA
“Jangan hanya bicara AMDAL terus. Memang sejak dulu Desa Cisangu langganan banjir, tetapi dulu air tidak sampai masuk ke permukiman warga. Kalau sawah terendam, biasanya satu atau dua hari sudah surut, tapi sekarang airnya sudah berminggu-minggu, tak kunjung hilang,”
Lebak | BANTEN | Lapan6Online : Kepala Desa Cisangu, Doli, tidak dapat menahan emosinya dan menggebrak meja saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi IV DPRD Lebak, bersama perwakilan PT WIKA. RDP membahas dampak banjir yang diduga kuat akibat pembangunan jalan Tol Serang-Panimbang.
Akibat pembangunan proyek tersebut, ratusan hektar pesawahan petani terendam dan gagal panen. Rapat berlangsung di ruang paripurna DPRD Kabupaten Lebak, Selasa 18 Februari 2025.
Ketegangan muncul ketika Manager Proyek PT Wika Tol Serang-Panimbang, Kuntoro, mencoba membela perusahaan terkait tudingan masyarakat yang menyebutkan bahwa proyek tol tersebut menjadi penyebab utama banjir yang merendam lahan pertanian dan rumah warga di Desa Cisangu, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak, Banten.
Kuliner Banten
Doli yang terlihat geram menggebrak meja saat mendengar pernyataan Kuntoro yang menegaskan bahwa pembangunan tol sudah melalui kajian teknis dan Amdal.
“Jangan hanya bicara AMDAL terus. Memang sejak dulu Desa Cisangu langganan banjir, tetapi dulu air tidak sampai masuk ke permukiman warga. Kalau sawah terendam, biasanya satu atau dua hari sudah surut, tapi sekarang airnya sudah berminggu-minggu, tak kunjung hilang. Kondisinya sudah berbeda sejak ada tol,” ungkap Doli dengan nada tinggi.
Pernyataan Doli disambut sorakan dari warga Desa Cisangu dan masyarakat Kecamatan Cibadak yang hadir dalam rapat itu. Mereka meminta PT Wika segera memberikan solusi konkret agar banjir yang sudah merusak lahan pertanian dan terjadi sejak proyek tersebut dibangun, tidak terulang lagi.
“Kami minta solusi dari PT Wika hari ini juga, bagaimana caranya agar banjir tidak terjadi lagi,” tegas Doli.
Dalam RDP yang juga dihadiri Camat Cibadak, Yusuf Atori, S.Pd, Kades Cisangu Doli dan masyarakat Desa Cisangu yang terdampak banjir mengancam akan memimpin aksi demonstrasi dengan menutup jalan tol jika tidak ada penyelesaian. “Jika tidak ada titik temu, kami akan menutup jalan tol,” ujarnya.
Kuntoro dari PT Wika berpendapat bahwa pihaknya tidak bisa sepenuhnya menghilangkan banjir. Penyebab banjir harus dianalisis lebih lanjut. “Kami akan menganalisis apakah banjir ini disebabkan oleh proyek tol atau karena penyempitan dan pendangkalan sungai. Jika penyebabnya adalah penyempitan sungai, itu menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, bukan PT Wika. Kami tetap akan berusaha memenuhi permintaan warga,” ujar Kuntoro.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lebak, Rahmat, dalam kesempatan tersebut memberikan data terkait dampak banjir terhadap sektor pertanian. Menurut Rahmat, banjir yang melanda lahan pertanian di Kecamatan Cibadak telah mengakibatkan puso (gagal panen) pada 3-4 hektar sawah. Selain itu, sekitar 40 hektar lahan sawah juga mengalami kerusakan dan berpotensi gagal panen.
“Sejak awal tahun hingga pertengahan Februari 2025, sudah tercatat 3-4 hektar sawah yang mengalami puso. Selain itu, ada 40 hektar yang rusak dan berisiko gagal panen,” kata Rahmat.
Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Lebak, Dr. Ujang Giri, yang juga hadir dalam rapat, menanggapi keluhan warga dengan berjanji akan memperjuangkan aspirasi mereka. “Kami akan segera merangkum dan memperjuangkan aspirasi yang disampaikan. Kami juga akan mengawal janji PT Wika untuk bertanggung jawab atas banjir ini,” tegas Ujang.
Dampak banjir yang semakin parah ini tidak hanya merugikan para petani, namun juga menambah ketegangan antara masyarakat dan pihak pengelola proyek tol. Desa Cisangu, yang selama ini dikenal sebagai daerah langganan banjir, kini harus menghadapi kenyataan bahwa banjir yang lebih parah terjadi setelah adanya pembangunan jalan tol Serang-Panimbang. Menurut Doli, kondisi yang semakin memburuk ini tidak dapat dipandang sebelah mata dan perlu ada solusi yang segera ditindaklanjuti.
Lahan pertanian yang terdampak banjir ini meliputi sekitar 115 hektar sawah di empat blok di dua kampung, yaitu Cimenteng Jaya dan Buweuk. Kerugian yang ditimbulkan oleh bencana banjir ini tentu saja berdampak besar bagi perekonomian petani yang menggantungkan hidupnya dari bertani. —(*Otang/Ridwan)
*Sumber : bantengate.id