“Gaya hidup konser musik sangat menguras kantong anak muda tak terkecuali anak muda muslim hari ini. Bahkan mereka rela melakukan apa saja tanpa menghiraukan halal dan haram demi mengikuti gaya hidup hedonistik tersebut,”
Oleh : Zhuhriana Putri
PASCA dua tahun Indonesia menjalani social distancing akibat Covid, antusiasme masyarakat untuk kembali menggelar konser musik begitu tinggi. Terbukti sejak diterapkannya kebijakan new normal, bahwa kita harus bisa hidup berdampingan dengan Covid dan social distancing mulai dilonggarkan, jadwal konser bertabur musisi lokal dan internasional menjamuri Indonesia.
Istilah war tiket konser kembali tidak asing lagi terdengar akhir-akhir ini. Seperti konser BlackPink, girl band asal korea, yang digelar di Stadion GBK Jakarta pada 11-12 Maret 2023 kemarin dengan harga tiket resmi sekitar Rp 1.350.000 hingga Rp 3.800.000 (Kompas, 11/03/2023).
November mendatang Indonesia akan kedatangan bintang internasional yaitu Coldplay. Dan akhir-akhir ini Indonesia dihebohkan dengan war tiket konser Coldplay lantaran harga tiketnya yang sangat fantastis.
Dilansir dari Detikfinance (12/05/2023) harga tiket konser Coldplay dibanderol mulai dari Rp 800.000 hingga Rp 11.000.000. Harga ini belum termasuk pajak sebesar 15% yang dipungut oleh pemerintah daerah dan biaya layanan sebesar 5%. Sehingga setelah dikalkulasikan harga tiket konser tersebut bisa mencapai Rp 13.200.000.
Meski harga tiket konser Coldplay dibanderol dengan harga yang cukup tinggi, tiket tersebut ternyata habis terjual dalam hitungan detik. Mungkin bagi si kaya harga tersebut tidak terhitung mahal. Namun bagaimana dengan anak muda yang terjerat arus gaya hidup untuk ikut-ikutan konser namun untuk kebutuhan hidup sehari-hari saja sulit?
Gaya hidup konser musik sangat menguras kantong anak muda tak terkecuali anak muda muslim hari ini. Bahkan mereka rela melakukan apa saja tanpa menghiraukan halal dan haram demi mengikuti gaya hidup hedonistik tersebut.
Sudah lah menguras kantong, tren kebebasan yang diaruskan barat ini sangat mengeksploitasi jiwa anak muda hari ini. Kehilangan jati diri dan menjadi FOMO (Fear Of Missing Out) atau takut ketinggalan tren sehingga semua tren mereka ikuti demi mencari kesenangan hidup dan mempertahankan eksistensi diri.
Inilah wujud sekulerisasi tak kentara dibalik konser. Tanpa disadari anak muda hari ini semakin dijauhkan dari nilai-nilai agama. Diaruskan untuk memisahkan aturan agama di dalam kehidupan sehari-hari.
Padahal konser menjadi salah satu sarang kemaksiatan karena di dalamnya terjadi aktivitas ikhtilat yaitu bercampur baurnya antara laki-laki dan perempuan yang dapat menimbulkan hal-hal negatif. Ditambah lagi para penonton konser banyak yang membuka aurat bahkan menggunakan pakaian yang sangat mini. Nyanyian-nyanyiannya pun jauh dari nuansa islami dan justru semakin membawa pendengarnya menuju kemaksiatan.
Tanpa disadari juga konser menjadi kesempatan emas bagi barat untuk memasarkan nilai-nilai liberal dan sekuler dibalik lagu-lagu dan simbol yang dibawakan bintang idolnya. Seperti Coldplay sendiri yang nyata-nyata mendukung LGBT dan lirik-lirik lagunya mengandung makna tersirat yang dapat memudarkan akidah. Mungkin kebahagiaan lah yang dicari anak muda hari ini, namun bukan lah kebahagiaan yang mereka dapatkan melainkan semakin jauhnya mereka dari sumber kebahagiaan yaitu Sang Pencipta mereka, Allah SWT. [*]
*Penulis Adalah Aktivis Mahasiswa USU