“Saya sudah tinggal 50 tahun di Papua sampai anak saya sudah menikah dengan Orang Asli Papua tetapi tidak terjadi gesekan seperti begini, karena itu kami kecam keras orang-orang yang tidak bertanggung jawab melakukan rasis terhadap mahasiswa Papua di Surabaya,”
Manokwari/Papua Barat, Lapan6Online : Komunitas masyarakat Jawa Timur berdomisili Manokwari mengecam keras tindakan rasisme dan persekusi terhadap mahasiswa papua di Surabaya dan Malang.
Ketua Arema Malang Manokwari, Mohammad Hanafi yang sudah 50 tahun melalang buana keliling papua mengatakan, selama ini berdampingan dengan masyarakat Papua sangat erat.
Tidak ada gesekan yang mengakibatkan saling ketersinggungan antar suku dan ras sehingga membuat kerusuhan seperti yang terjadi di Provinsi Papua dan Papua Barat ini.
“Saya sudah tinggal 50 tahun di Papua sampai anak saya sudah menikah dengan Orang Asli Papua tetapi tidak terjadi gesekan seperti begini, karena itu kami kecam keras orang-orang yang tidak bertanggung jawab melakukan rasis terhadap mahasiswa Papua di Surabaya,” ucap Hanafi saat konfrensi pers di Media Center Polda Papua Barat, pada Sabtu (24/8).
Hanafi minta orang-orang yang melalukan rasisme dan persekusi terhadap mahasiswa papua di Surabaya harus ditindak tegas sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Supaya menjadi pembelajaran hukum bagi siapa saja supaya tidak kembali terulang lagi bagi siapa dan dimana saja.
Sementara kordinator kerukunan arisan Jawa Timur Manokwari, Widhi Slamet mengaku bahwa selama 40 tahun berdomisili di Papua Barat sangat akrab dengan masyarakat asli papua maupun nusantara.
Bahkan tidak ada konflik yang terjadi seperti sekarang, rasisme dan persekusi terhadap mahasiswa papua di Surabaya, hal ini mengakibatkan terjadi kerusuhan di Manokwari.
“Saya mengingatkan saudara-saudara warga di Surabaya untuk jangan menjelekan saudara-saudara kita orang papua, saya meminta maaf atas tindakan yang terjadi di Surabaya,” ujar Widhi Slamet, Warga Amban itu.
Sedangkan ketua komunitas bonek, Surabaya, Imam menuturkan, selama 16 tahun berdomisili di Manokwari, Papua Barat masyarakat disini hidup ramah, salingel menghormati antara sesama manusia.
“Saya bersama keluarga dan masyarakat Surabaya tinggal di Manokwari sudah dianggap sebagai anak oleh orang asli papua, hidup rukun dan damai, karena itu kejadian di Surabaya harus diungkap tuntas sehingga bisa terungkap aktor dibalik kasus rasis dan persekusi terhadap mahasiswa papua,” pungkasnya.
Ketiga tokoh Jawa Timur ini menyampaikan keterangan pers secara terbuka didampingi Kabid Humas, AKBP Matias Krey di Media Center Polda Papua Barat, Sabtu siang. Red/IM/TN
*Sumber : teropongnews.com