Terserah Dan Menyerah?

0
56
Shofiyya Honey/Foto : Istimewa
“Ketika para dokter mengatakan terserah itu merupakan kritik pedas kepada pemerintah yang mengambil kebijakan begitu saja tanpa mempertimbangkan sisi keselamatan dan penyelamatan rakyat,”

Oleh : Shofiyya Honey

Jakarta | Lapan6Online : Sejak beberapa hari yang lalu bahkan sampai sekarang, twitter masih di ramaikan dengan foto tenaga medis maupun dokter yang memegang kertas bertuliskan #Indonesia Terserah.

Sangat wajar jika dokter dan tenaga medis mengkritik kebijakan pemerintah dalam hal penanganan Covid-19 di negeri ini. Bagaimana tidak?

Pemerintah dalam hal penanganan pandemi ini, mengambil keputusan yang labil dan tidak tegas.

Beberapa waktu lalu para dokter dan tenaga medis sempat kewalahan dengan kata ” Perang melawan Covid-19 ” yang diubah menjadi ” Berdamai dengan Covid-19 ” of course itu berakhir pada hilangnya physical distancing yang tentu saja akan mempermudah penyebaran virus yang mematikan ribuan orang di seluruh dunia.

Lalu para tenaga medis dan dokter masih dibuat frustasi oleh pelonggaran PSBB yang baru-baru ini di jalan kan. Sudahlah tidak di berlakukan lockdown dikarenakan krisis ekonomi, sekarang PSBB malah di longgarkan.

Dengan kebijakan ini maka akan semakin mudah masyarakat terpapar oleh bahaya virus covid-19. Dengan begitu, semakin ramailah twitter dengan tagar Indonesia Terserah.

Sungguh ketika para dokter mengatakan terserah itu merupakan kritik pedas kepada pemerintah yang mengambil kebijakan begitu saja tanpa mempertimbangkan sisi keselamatan dan penyelamatan rakyat.

Selama pandemi ini pemerintah beberapa kali membuat kebijakan yang membingungkan rakyat. Ambil saja permainan kata mudik-pulang kampung, berdamai dengan Covid-19, dilarang mudik tapi boleh bepergian untuk kedinasan saat jelang lebaran, pelonggaran PSBB saat kurva corona belum turun, dan beda kebijakan Kemenhub dan Gugus Tugas Covid-19 soal transportasi publik.

Lalu mengapa pemerintah lebih melakukan PSBB ketimbang Lockdown? Sudah jelas, karena dana yang di keluarkan untuk kebijakan PSBB itu jauh lebih kecil dibanding lockdown.

Dalam pelaksaanaannya, dana PSBB pun menjadi tanggung jawab pemerintah daerah masing masing yang membuat Kebijakan PSBB tidak sama di setiap daerahnya.

Ini terjadi di berbagai desa, banyak ketua RT dan RW yang kewalahan karena tuntutan warga. Pembagian bantuan yang tidak merata, dan nilai sembako yang diterima tidak sama setiap orangnya.

Di tengah pelonggaran PSBB yang sedang berjalan, makin banyak cuitan di medsos salah satunya terkait herd immunity. Di kutip dari laman Kompas.com
” Kebijakan Pemerintah seperti dikutip laman kompas.com mengundang spekulasi terkait herd immunity yang tentunya tidak muncul begitu saja. Pemerintah justru mewacanakan pelonggaranPSBB ketika angka kasus positif Covid-19 di Indonesia masih terus bertambah setiap harinya.

Kalau sampai herd immunity diberlakukan, maka kemungkinan besar akan berlaku hukum rimba, siapa kuat dia yang hidup dan bertahan sedang yang lemah tidak akan diurus.

Cara ini tentu saja sangat menguntungkan pemeeintah karena dalam kebijakan ini tidak mwmerlukan banyak dana dan menghemat pengeluaran negara.

Dengan kebijalan herd immunity ini memang menguntungkan negara tapi di sisi lain, rakyatlah yang dirugikan seolah nyawa rakyat tidak berharga sama sekali.

Mau jadi apa Indonesia ke depan kalau sekarang saja sistem pemerintahan sudah banyak menyebabkan dan mendatangkan kekacauan dan tidak karuan?

Harusnya Indonesia tidak boleh terserah dan tentunya tidak boleh menyerah juga. Alangkah baiknya indonesia yang kita cintai ini dibawa kearah dan masa depan yang lebih baik.

Yakni dengan sistem pemerintahan yang mengacu kepada Islam yang menekankan kepeminpinan dengan nilai nilai ketaqwaan dan tentunya sangat peduli, bertanggung jawab dan berempati kepada rakyat.

“Jadi, Indonesia tidak boleh terserah. Indonesia wajib optimis dan terus berbenah. ” Kata salah seorang Ustadz di laman Facebook nya.

Ini merupakan sebuah inspirasi untuk rakyat Indonesia untuk mencari alternatif sidtem yang mampu menjadi jaminan keberlangsungan hidup manusia secara universal. Sistem yang menjadi rshmat bukan saja kepada agama tertentu tetapi kepada seluruh umat manusia di muka bumi ini.

Sudah begitu jelas tampak dengan mata telanjang kerusakan sistem buatan manusia ini. Haruskah kita bertahan? Padahal ada sistem lain yang menjamin perdamaian dan kesejahteraan bagi rakyat dan juga umat manusia secara menyeluruh tanpa dibatasi oleh warna kulit dan kebangsaan. GF/RIN/Lapan6 Group

*Penulis adalah Pelajar Home Schooling

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini