NEWS | POLITIK
“Parpol gagal dalam kaderisasi sehingga untuk menjadi pemimpin dari kader partai lain. Kesadaran bersama untuk memperbaiki sistem demokrasi,”
Lapan6Online | Jakarta : Webinar P3S (Political and Public Policy Studies,red) dengan mengambil tema ‘Rizal-Puan sepadan Anies-AHY’ dilaksanakan secara santai namun penuh Dengan dinamika argumentasi dalam bersiskusi, dilaksanakan secara daring zoom, di Jakarta, pada Kamis (16/03/2023) siang.
Anthony Budiawan sebagai narasumber, menyoroti keadaan di Indonesia saat ini jelas telah terjadi aliran dana yang bersumber dari PPATK ratusan miliaran namun tidak ada tindakan kongkret. Tingkat kemiskinan di Indonesia semakin hari semakin meningkat. Undang-undang Cipta kerja yang didasarkan pada kondisi APBN yang katanya buruk namun kenyataan surplus.
Anthony Budiawan menghimbau kepada partai politik untuk mementingkan kepentingan yang sangat besar yakni kesejahteran rakyat Indonesia bukan berdasarkan kelompok.
Mengundang partai politik untuk memikirkan kebangsaan, meningkatkan kesejahteraan Indonesia. Indonesia banyak orang miskin dengan pendapatan di bawah Rp 600.000,00 dengan jumlah 22 juta orang.
“Kritik itu objektif atau tidak. Elektabilitas bukan sistem lagi suatu pembentukan opini calon presiden adalah populer dengan elektabilitas 35%-45% lebih. Bagaimana lektabilitas tinggi namun tidak diimbangi dengan visi misi. Sampai sekarang kita belum mendengar visi misi dari calon. Elektabilitas pencitraan tanpa didengar visi dan misi bagaimana bisa mensejahterakan masyarakat,” jelas Anthony Budiawan selaku Managing Director PEPS.
“Sistem politik harus diubah agar kedaulatan di tangan rakyat, Dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Sehingga calon pemimpin yang berkualitas bisa menjadi calon presiden dan wakil presiden,” tutur Anthony.
Jerry Masie menjelaskan bahwa, duet Rizal-Puan lawan sepadan dengan Anies-AHY. Rizal Ramli merupakan tokoh yang bisa memberikan perbaikan Indonesia saat Indonesia runtuh ekonominya. Keberpihakan pada rakyat semoga duet alternatif ini bisa terjadi di Pilpres 2024.
“Rizal Ramli tokoh ekonomi Indonesia yang dekat dengan Megawati. Psikologi politik, jika terjadi akan menarik. Pemilih akan mendapatkan pilihan-pilhan yang terbaik. Namun hal tersebut sangat tergantung dari partai-partai politik apakah mau mencalonkan. Kalau parpol membuka diri bisa saja sesuatu yang dipandang mustahil hari ini duet Rizal-Puan bisa terwujud,” jelas Direktur P3S ini.
Dr. Reza Hariyadi memberikan komentar, duet Rizal Ramli dengan Puan. Reza mengatakan perjudian atau nama tepat, menjawab mekanisme elektoral yang terasa sekarang dengan liberal keinginan yang dipersepsi dikontruksi oleh Partai Politik konsuktan politik menjadi hal pilihan menjadi terbatas. Popularitas, elektabilitas dan dukungan. Realitas politik saat ini. Partai politik tahun 2024 harus menjadi agen peruabahan sehingga kualitas presiden dan wakil presiden dengan visi dan misi membangun Indonesia.
Pilihannya hanya terbatas pada calon-calon yang selalu ‘diekspos’ oleh media masaa dan dirating oleh lembaga survei. Seperti dalam framing pencitraan. Sulit dan tidak menarik namun justru sangat penting untuk membangkitkan kembali gagasan alternatif dan calon alternatif. Untuk menimbulkan alternatif menjadi relawan munculnya Rizal Ramli yang menimbulkan gagasan alternatif. ‘Mengisi kekosongan publik agar keluar dari arus yang berkembang,” pungkasnya.
Kembali ke realitas elektoral yang dominan, mantra ajaibnya popularitas, elektabilitas dan dukungan. Sehingga sulit untuk bersaing di kontestasi demokrasi yang sangat liberal. Jika ada parpol yang mengambil sikap politik yang tidak populer untuk mencari alternatif. Bisa saja PDI Perjuangan, Golkar atau partrai lain. Sehingga bisa menghadirkan calon alternatif.
PDI Perjuangan mempunyai ‘golden tiket’ sehingg wajar belum mengambil sikap. Semua akan menunggu situasi politik terakhir di PDI Perjuangan tidak bisa keluar dari persaingan elektoral. PDIP juga mempunyai ‘golden boy’ yakni Ganjar Pranowo kader partai yang mempunyai elektoral tinggi. PDI Perjuangan sentralistik, Ketua Umum mempunyai kemampuan untuk memilih calon Presiden.
“Sebelum menit-menit terakhir atau last minute apapun bisa terjadi. Kewenangan Ketua Umum PDIP Megawati untuk memilih calon presiden dan wakil presiden yang sangat strategis. Sehingga setelah reformasi jika surat pencalonan sudah sampai di KPU. Drama politik 2014 dan 2019 dengan drama-drama dalam last minute,” ungkap Reza.
“Membangun komunikasi politik dengan PDI Perjuangan. Rizal Ramli harus mendekat ke PDI Perjuangan, jantung kekuasaan di PDIP kan Megawati. Suka tidak suka elektabilitas, popularitas dan dukungan suara harus diambil. Terjadi pada level pemilihan kepala daerah. Transisi perilaku pemilih lebih mempertimbangkan rekam politik, kualitas bukan hanya didasarkan kontruksi realitas,” jelasnya.
Sementara itu Rikardo Marbun sebagai moderator menyimpulkan bahwa, kerja keras presiden terpilih untuk mengurangi tingkat kemiskinan, ketimpangan antara yang kaya dan miskin dan para Cendekiawan harus bersuara.
Tifak kalah menariknya, Muslim Arbi yang juga hadir dalam acara daring menuturkan, pemenang Pilpress 2019, Jokowi petugas partai, harus dirubah walaupun yang bekerja tetap mesin partai. “Jika sudah jadi presiden harus mengabdi pada negara. Mind set harus dirubah. Parpol gagal dalam kaderisasi sehingga untuk menjadi pemimpin dari kader partai lain. Kesadaran bersama untuk memperbaiki sistem demokrasi,” papar Muslim Arbi.
“Rakyat tidak berdaulat namun partai politik yang berdaulat. Harus dirubah mind set. Jika menang jangan hanya partai politik yang dipentingkan. Apakah bisa dijamin pemilu bisa diagendakan sesuai dengan jadwal dari KPU. Diskusi ini menarik walaupun hanya berwacana saja,” celotehnya. (*kp/red1)
*Sumber : koranpelita.co