Jin Buang Anak vs IKN

0
28
Muslim Arbni/foto :Ist.

OPINI | POLITIK

“Di tengah keterpurukan ekonomi dan keuangan negara. Dengan hutang yang menumpuk dan ancaman default dan proyek infrastruktur “ugal – ugalan”. Ambisi soal IKN menjadi kegaduhan baru,”

Oleh : Muslim Arbi

BEBERAPA hari ini: Diksi Jin Buang Anak dan IKN jadi perbincangan hangat di ruang rumpi publik.

Saat Edy Mulyadi lontarkan Jin Buang Anak dan DPR “kebelet” sahkan UU IKN yang di kebut kilat. Karena aneh sekali. RUU IKN (Ibu Kota Negara) ko di kerjakan kaya metro mini kejar setoran (maaf). Padahal posisi Ibu Kota Negara itu sangat strategis. Ko di kerjakan rada ugal – ugalan. Ampun deh.

Saat IKN di kritik oleh sejumlah kalangan termasuk akan di ajukan gugatan ke Mahkamah Konsitusi (MK). Potensi UU IKN: mirip UU Omnibuslaw kata Andi Malarangeng.

Prof Din Syamsuddin dan teman2 di KAMI sedang bersiap untuk ajukan gugatan untuk uji konsitusuonal tentang keberadaan UU IKN. Secara pribadi dan Deklarator KAMI dukung gerakan Bung Din dan Kawan2 atas upaya ini.

Ada kajian Abul Harits Ulya soal posisi IKN yang berdekatan dengan perseturuan soal Laut Natuna. Dan klaim Xi Jinping DKK – RRC atas laut di Utara kepulauan Natuna itu. Dan ini ungkap kekhawatiran posisi Ibu Kota Negara Baru itu tidak strategis dan tidak aman.

Ada pengamatan lain. Jika di tarik garis lurus. Maka posisi IKN itu segaris dengan Beijing dalam peta. Ada apa?

Ada kekhawatiran kuat. Di tengah kondisi ekonomi Rakyat yang terpuruk setelah di hantam pandemi “Covid-19” ini. Kesan kuat IKN di paksakan ini untuk siapa? Rizal Ramli: jangan sampai IKN ini berfungsi sebagai “Beijing Baru”.

Kalau demikian: kekhawatiran Bang RR itu. Bisa dianggap China bangun di sini dong? Kalau benar China mau bangun “Beijing Baru”? Tidakkah ini suatu kesalahan fatal bagi negeri ini?

Kalau melihat posisi RRC memberlakukan Hong Kong dan Taiwan. Tidakkah IKN ini bisa bernasib seperti kedua negara itu di masa depan. Jika mencermati semangat ekspansionis RRC – PKC – Xi Jinping saat ini? Terutama soal sengketa di Laut Utara Kepulauan Natuna.

Di tengah keterpurukan ekonomi dan keuangan negara. Dengan hutang yang menumpuk dan ancaman default dan proyek infrastruktur “ugal – ugalan”. Ambisi soal IKN menjadi kegaduhan baru. Apalagi dengan kritikan ” Jin Baung Anak” Edy Mulyadi.

Jadi: ketika diksi Jin Buang Anak semakin di goreng. Renyak dan asyik terasa semakin dalam dan IKN akan jadi bulan bulanan kritikan dan cibiran di publik. Bisa jadi IKN bernasib seperti Kereta Cepat Jakarta – Bandung atau Bandara Kertajati yang kini jadi rumah hantu dan jin?

Soal IKN bernana Nusantara? Ada kawan ingatkan: Dahulu Aidit. Tokoh pemberontak PKI itu bernama DN Aidit. Dipa Nusantara Aidit. Lalu. Ada yang bertanya: Ko IKN pake nama Nusantara ya? Ada semacam kenangan untuk itu? Wallahu’alam

Khatimah: Ketika IKN diundangkan jadi UU. Tidakkah – Jakarta sebagai Ibu Kota Negara telah lenyap? Dan. Negara hari ini tanpa IBU KOTA lagi? Kacian de Lo – Jakarta. Nasib Ibu kota Negara baru belum jelas. Ibu Negara saat ini merana.

Apakah ini karena ambisi Jokowi dan Oligarki di belakang nya gagal jadikan Ahok sebagai Gubernur DKI saat Pilgub 2017. Tidakkah IKN ini sebagai ekspresi dendam kesumat atas kegagalan saat itu dan kebelet bikin IKN? Move on dong.. hehehe. Maka. Diksi Jin Buang Anak – Edy Mulyadi. Semakin asyik dan gurih. Hehehe. Kukusan – Depok: 27 Januari 2022. (*)

*Penulis Adalah Direktur Gerakan Perubahan dan Presidium ARM

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini