Oleh : Muslim Arbi,
ALHAMDULILLAH, puasa hari ke 17 Ramadhan di jalani dengan suka cita. Dari Bogor setelah Ziarah ke Maqam mamanya Prabu Siliwangi, setelah Dhuhur di rumah nya. Saya naik Komuter Stasiun Cilebut ke Stasiun Gondangdia, Cikini Menteng Jakarta Pusat.
Berharap dapat Solat berjamaah di Masjid Cut Mutiah. Namun harus urung karena mendadak sakit pinggang sebelah kiri. Akhir nya: agak lama berhenti untuk memoleskan counterpain di pinggang yang sakit. Sembari menunggu beberap lama untuk berkurang rasa sakit nya.
Karena sedang jalan puasa. Meski di tas kecil yang setia menemani ke mana pun pergi ada obat untuk kurangi sakit dan nyeri pinggang. Obat itu dapat di minum setelah berbuka puasa nanti.
Dari Stasiun Gondangdia yang berjarak hanya beberapa puluh meter dari Masjid Cut Mutiah. Bergegas ke Masjid yang sering di gunakan oleh Jendral Abdul Haris Nasution semasa hidup nya berjamaah. Saya pun solat Ashar berjamaah dengan yang lain.
Meski terlambat berjamaah dengan jamaah Ashar Besar. Tapi juga berjamaah kecil dengan beberapa yang laksanakan solat ashar sore itu.
Sembari menunggu Magrib dan Berbuka berjamaah dengan Jamaah Cut Mutiah. Selama Ramadhan. Baru tercapai di hari 17 Ramadhan kemarin. Dapat berkumpul lagi sebagai Jamaah di Masjid Cut Mutiah tercinta ini. Alhamdulillah.
Dapat bercengkrama dan saling berbagi informasi dengan beberapa kawan: Jamaah Cut Mutiah yang selalu hadir di saat Waktu Sholat Jamaah di Cut Mutiah.
Abu Bakar Galela dan Bang Ramli Tuasikal: selalu jadi teman yang sering duduk bersama di Ruang dalam Masjid maupun di luar jika bersua. Pasti ada pembicaraan kecil tentang situasi nasional maupun keluarga masing – masing. Abu Bakar Galela: Saya sebut nya demikian. Saya pun bertutur tentang beberapa Senior yang sudah wafat mendahului: Ustadz Suleiman Zhakawerrus – Bekasi, Bang Husein Alham Condet, Bang Halim Bayan. Lahumul Alfatihah.
Waktu berbuka dan jelang Magrib pun tiba. Sebelum nya panitia Buka Puasa yang sering menggelar buka puasa setiap tahun: membagikan Air mineral, Korma dan nasi kota bagi semua Jamaah Masjid tak terkecuali.
Pukul 17.58. Azan di kumandangkan. Jamaah pun dengan membaca Doa Berbuka: Membatalkan Puasa dengan Air Mineral dan 3 Butir Kurma. Dan santap makanan kotak setelah Magrib tidak di dalam masjid. Tapi di teras atau halaman. Agar Masjid terjaga dan tetap bersih dan rapih.
Ada perasaan terenyuh dan terharu saat merasakan kebersamaan luar biasa bersama ratusan jamaah yang memadati masjid untuk berbuka puasa. Terasa Malaikat Allah SWT turun mencurahkan Rahmat bagi Hamba – Hamba Allah yang dengan ikhlas menjalani Shaum Ramadhan. Sangat terasa. Air mata dan keharuan pun tak terhindari.
Setelah berjamaah Masjid dengan Bacaan Solat dari Imam yang sangat merdu. Jamaah pun bawa nasi kota dan menikmati nya di teras Masjid.
Saya pun menghabiskan nasi kotak – Panitia Berbuka Jamaah Cut Mutiah.
Setelah nya: menunggu solat Isa dan Tarweh dan Kultum taraweh. Pas setelah seleaai taraweh berjupa mau keluar masjid. Berjumpa dengan Haji Taryono Asa. Kawan Akrab yang sudah lama tidak ketemu. Bertegur sapa saling menanyakan keadaan masing.
Di pekarang Masjid ramai karena ada konser Jazz. Tapi bertiket. Saya dengan Haji Taryono memilih cari warung makan untuk nongkrong sambil minum dan makan setelah Sholat Isa dan Taraweh Berjamaah.
Ada beberapa kawan yang sesama aktifis dan wartawan yang di ceritakan oleh Taryono Asa: Meninggal. Seperti Rinaldi – Wartawan yang semasa hidup – sering menulis opini saya di media nya. Juga ada kawan aktifis sampai akhir hayat nya – Efwan yang meninggal beberapa bulan lalu: saya kaget. Karena Efwan sering kirim rekening untuk berobat. Sudah lama tidak dengar kabar. Rupa nya sudah meninggal kata Taryono.
Saya juga sempat menceritakan soal kondisi kawan – Nur Hidayat Assegaf. Panglima dan pejuang dalam peristiwa Talangsari Lampung. Juga sedang sakit. Dan belum tahu kabar terakhir nya. Semoga di sembuhkan Allah Ta’ala sakit nya. Aamin.
Taryono, Redaktur dan Pemred sejumlah Majalah dan pernah sebagai Wartwan Harian Terbit Sore itu menanyakan soal perkembangan Anies Baswedan sebagai Capres. Saya bilang: Semoga Anies Sabar dan Teguh di tengah terpaan lawan nya dan menang sebagai Presiden 2024.
Kami pun setelah santap malam lagi. Karena setelah buka puasa dan Taraweh terasa lapar lagi. Mengajak Haji Taryono untuk makan di warung makan di dekat stasiun. Semula Haji Taryono menolak karena sudah buka bersama dengan Sopian Panigoro di Kalibata. Tapi saat dia saya nikmati makanan malam itu. Haji Taryono pun pesan nasi dan lauk juga.
Setelah menikmati makanan di warung langganan itu. Kami pun ngobrol kecil dan setelah itu menuju ke stasiun Gondangdia untuk pulang. Haji Taryono pulang ke Bojong Gede. Saya turun di stasiun Depok. Alhamdulillah. Kukusan – Depok : 18 Ramadhan 1444 H. 9 April 2023. (*)
*Penulis Adalah Jammah Masjid Cut Mutiah