OPINI
“Jalan inisiatif untuk menjajah dan menaklukkan wilayah di luar Cina? Suatu ambisi yang sangat di paksakan di Dunia saat ini. Ambisi ini mudah terbaca sehingga, buru2 Cina mengganti nya dengan BRI?,”
Oleh : Muslim Arbi
PRESIDEN Xi Jinping telah mengubah penyebutan konsep OBOR – One Belt One Road dengan BRI – Belt and Road Inisiative.
Apakah Partai Komunis Cina (PKC), anggap gagal konsep OBOR sehingga mengganti nya dengan BRI. Hanya Xi Jinping dan Polit Biro PKC saja yang tahu.
Tapi, bisa juga konsep OBOR PKC ini lebih bermuatan kolonisasi dengan trik2 hutang – baca Debt Trap. Sehingga mudah terbaca, lalu mengubah nya menjadi Belt Road Inisiative (BRI)?
Jalan inisiatif untuk menjajah dan menaklukkan wilayah di luar Cina? Suatu ambisi yang sangat di paksakan di Dunia saat ini. Ambisi ini mudah terbaca sehingga, buru2 Cina mengganti nya dengan BRI?
Meski demikian menganti OBOR dengan BRI. Cina tetap dianggap sebagai ancaman dan mengekspansi dan menganeksasi wilayah lain untuk menguasai dunia; dengan kata Belt yang di gunakan.
Belt adalah ikat pinggang. Cina mau mengikat dan mengusai dunia dengan komunis dan partai tunggal nya? Dan BRI pun akan dipandang sebagai ambisi, kolonisasi, aneksasi dan imperilisasi dengan konsep ekonomi nya.
Aneksasi merangkak – The Crawl Annexation. Dengan motif ekonomi dan hutang, Cina mau menganeksasi sejumlah negara di Asia dan Afrika, juga termasuk Indonesia?
Klaim Laut Cina Selatan (CLS), yang sekarang telah di rubah nama oleh pemerintah menjadi Laut Natuna. Dan mangirim kekuatan militer nya untuk memprovokasi di wilayah itu, dan akhir nya mengganggu keamanan dan sengketa perbatasan dengan sejumlah negara di wilayah itu, meski kalah di Pengadilan Internasional tetqpi tetap saja Cina tetap tidak mau akui batas2 dan ketentuan yang di atur dalam UNCLOS – United Nations on Convention of The Law of The Sea. Hukum Laut Internasional PBB.
Sikap Beijing ini perlihatkan klaim yang bermuatan ekspansif dan kolonisasi.
Di Timur Indonesia, terbetik berita Pemerintah Cina dukung Gerakan Separatis Papua Barat, pimpinan Benny Wenda. Tindakan Beijing, ini patut di sayangkan. Karena selama ini Rakyat dan Bangsa Indonesia tidak mengganggu persoalan dalam negeri RRC.
Padahal Rakyat dan Bangsa Indonesia tahu bahwa – di Cina juga ada sejumlah gerakan yang ingin memisahkan diri dari Pemerintahan Komunis Cina; Seperti Tibet, Mongolia, Hong Kong, Turkemenistan Timur. Oleh karena nya mengherankan Cina ambil sikap dukung Gerakan Separatis Papua Barat.
Dukungan Beijing atas Benny Wenda dan kawan yang berpusat di Oxford, Inggris itu, akan memantik amarah Rakyat Indonesia yang cinta damai dan tidak inginkan NKRI terpecah belah.
Dukungan Cina akan membuat desakan Rakyat untuk mendesak Pemutusan Hubungan Diplmatik dengan Cina karena dua hal utama; Pemerintah Komunis Cina mau menganggu ke utuhan NKRI dan menginginkan Negeri terpecah belah. Sikap ini sangat berbahaya bagi Rakyat dan Bangsa Indonesia.
Bisa di tafsirkan sikap Cina dukung gerakan separatis Papua Barat ini, merasa gagal dan telah melemah di Laut Natuna; Utara Indonesia, sehingga mau mengepung negeri ini dari Timur dengan mendukung separatis Papua.
Jika Pemerintah Jokowi tidak tegas dan jelas sikap nya soal dukungan RRC terhahadap Separtime Papua, maka rezim ini dianggap bertanggung jawab atas sikap politik Rezim Jokowi yang selama ini selalu berkiblat ke Beijing.
Kalau saja Beijing tidak mencabut dukungan atas gerakan Benny Wenda dengan separatisme Papua Merdeka nya, maka Rakyat Indonesia mendesak Pemerintah Jokowi untuk Dukung Gerakan Sepatisme di Cina. Rakyat Indonesia pun akan dukung – Gerakan Tibet Merdeka, Gerakan Mongolia Merdeka, Kemerdekaan Turkmenistan Timur dsb nya. (***)
*Penulis Adalah Pengamat Sosial Politik